Disusun untuk memenuhi tugas mandiri mata
kuliah SPI
Dosen pengampu :
Dosen pengampu :
Di susun oleh:
Ahmad Muslih (141257210)
JURUSAN SYARI`AH SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI JURAI SIWO METRO TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan
Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala
dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk
kemudian dijual kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di
Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang
asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan
Gresik di Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang
yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan
barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan
demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran
para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori-teori Masuknya Islam di Indonesia
Ada berbagai macam teori tentang bagaimana poses masuknya agama
Islam di Indonesia.
1. Teori Mekah
Teori mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke
Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada
abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini
adalah Haji Abdul Karim Amrullah, salah seorang ulama sekaligus sastrawan
Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang
disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di
Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan
bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab.
2. Teori Gujarat
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini
terletak di India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang
menyosialisasikan teori ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana
pertama yang mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas
Leiden pada abad ke 19. Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafei telah
bermukim di Gujarat dan Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke 7 Masehi), namun
yang menyebarkan Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab
langsung, melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke
dunia timur, termasuk Indonesia.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari
teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam
memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada
kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan
Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau
Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi
Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di
Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang
ditranslasi melalui bahasa Parsia.
4.
Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke
Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah
berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di
Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur
dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam
telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang.
Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan,
menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao,
Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman
Islam. Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik)
maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut
ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak,
merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan
(sekarang termasuk Vietnam).
Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat
Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan
menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun
Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan
merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan
dengan Rusia. Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur
Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di
Pulau Jawa. Pelabuhan penting
sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan
Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.
Semua teori di atas masing-masing memiliki
kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang
jelas dalam masing-masing teori tersebut. Sesungguhnya kedatangan Islam ke Indonesia datang dalam kompleksitas;
artinya tidak berasal dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam
waktu yang bersamaan.
B. Proses Masuknya Islam Dari Segi Jalur Penyebarannya
Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia
terjadi secara damai. Kemudian para ahli menyimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia dari segi peta perjalanannya, melalui dua jalur, yaitu :
a) Jalur Utara
Arab, Damaskus, Baghdad, Gujarat, Srilangka, Indonesia.
b)
Jalur Selatan
Arab, Yaman (Hadralmaut), Srilangka, Indonesia.
Mula-mula
daerah masuk Islam pertama kali adalah Samudra Pasai (Aceh Utara) dan Pantai
Barat Pulau Sumatra yang selanjutnya menyebar ke berbagai daerah, yaitu :
1) Pariaman di Sumatra
Barat, pembawanya adalah Syekh Burhanuddin seorang melayu.
2) Gresik dan Tuban,
pembawanya adalah Maulana Malik Ibrahim pedagang bangsa Hadralmaut.
3) Demak, pembawanya
adalah Raden Fattah dan pendirinya adalah para walisongo.
4) Cirebon, penyebar
dan pendirinya adalah Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
5) Palembang,
penyebarnya adalah Raden Rahmat.
6) Banjar, pembawanya
adalah mubaligh dari Johor Malaysia.
7) Makassar,
pembawanya adalah Datuk Ri Bandang.
8) Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo di Maluku Utara. Penyebarnya adalah Syekh Mansur dari Arab
dan Maulana Husein dari Gresik.
9)
Papua, penyebarnya adalah mubaligh-mubaligh dari
daerah-daerah yang telah masuk Islam.
C.
Metode-metode Islamisasi di Indonesia
1. Saluran perdagangan
Masuknya pedagang-pedagang asing dikepulauan
Indonesia seperti Arab, Cina, Persia dan
India merupakan awal mula masuknya islam di Indonesia yaitu bermula dari
bermukimnya para pedagang asing di pesisir jawa yang penduduknya masih kafir.
Hingga akhirnya mereka mampu mendirikan masjid-masjid dan pemukiman-pemukiman
muslim.
2. Saluran perkawinan
Dilihat dari sudut
ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial lebih baik dari pada
pribumi Indonesia sendiri, sehingga tidak sedikit penduduk pribumi yang
tertarik dengan para pedagang muslim tersebut khususnya putri-putri raja dan
bangsawan. Proses islamisasi ini dilakukan sebem adanya pernikahan yang
kemudian dilanjutkan dengan proses pernikahan sampai pada akhirnya mereka
mempunyai keturunan dan mampu membuat daerah-daerah atau bahkan
kerajaan-kerajaan islam. Jalur perkawinan
ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak
bangsawan atau anak raja dan adipati, karena bangsawan, raja, dan adipati dapat
mempercepat proses masuknya islam di Indonesia. Demikianlah yang terjadi antara raden rahmat
atau sunan ampel dengan nyai manila. Sunan gunung jati dengan putri kaunganten.
Brawijaya dengan putri campa yang menurunkan raden fatah ( raja pertama demak ).
3. Saluran tasawuf
Pengajar-pengajar tasawauf atau para sufi,
mengajarkan teosofi yangb bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh
masyarakat Indonesia. Mereka mempunyai kemampuan dan kekuatan-kekuatan
menyembuhkan. Diantara mereka ada juga yang mengawini putri-putri bangsawan
setempat . dengan ilmu tasawufnya mereka mengajarkan islam kepada pribumi yang
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yangb se4belumnya menganut agama
hindu, sehingga agama baru itu mudah dimenerti dan di terima. Diantara
ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam
pikiran Indonesia pra islam itu adalah Hamzah Fansuri di aceh, syeh lemah
abang, dan sunan panggung di jawa. Ajaran mistik seperti ini masih berkembang
di Indonesia di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini.
4. Saluran pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan,
baik pesantren maupun pondok yang diselenggaakan oleh guru-guru agama,
kiai-kiai, dan ulama-ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru
agama, dam kiai mendapat pendidikan agama. Setelah kelua dari pesantren, mereka
pulang ke kampung masing-masing kemudian mereka berdakwah ketempat tertentu
mengajarkan islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh raden rahmat di
Ampel Denta Surabaya dan sunan giri di giri. Keluaran Pesantren Giri ini banyak yang
di undang ke maluku untuk mengajarkan agama islam.
5. Saluran kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling
terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, sunan kalijaga adalah tokoh yang
paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah
pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan
kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan
nama-nama pahlawan islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat
islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad, dan sebagainya), seni bangunan dan
seni ukir.
6.
Saluran politik
Di maluku dan sulawesi selatan, kebanyakan
rakyat masuk islam setelah rajanya memeluk islam terlebih dahulu. Pengaruh
politik raja sangat membantu tersebarnya islam didaerah ini. Di samping itu,
baik di sumatera dan jawa maupun di Indonesia bagian timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam.
Kemenangan kerajaan islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan
islam itu masuk islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa pendapat mengenai masuknya islam ke
Indonesia. Teori yang dapat dijadikan
sebagai acuan juga tidak hanya satu. Jadi memang datangnya agama islam ke
Indonesia belum diketahui secara pasti, ini dikarenakan kejadiannya telah
berlangsung sejak dahulu. Sehingga orang pada masa kini hanya bisa
menerka-nerkan prosesnya. Namun
bersamaan dengan itikad itu, kita juga dapat memperoleh pelajaran
mengenai masuknya islam ke Indonesia sehingga bisa menambah wawasan dan
memperkokoh iman islam kita.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan kita bersama. Semoga
makalah ini dapat bermanfa’at bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam
Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
Tjandrasasmita, Uka (Ed.), Sejarah Nasional
Indonesia III, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984)
[1] Uka
Tjandrasasmita, Sejarah Nasoinal Indonesia III, (Jakarta: PN Balai
Pustaka, 1984) hal. 188-195
Tidak ada komentar:
Posting Komentar